Rabu, 29 Agustus 2012

Tari Glipang

Tari Glipang adalah sebuah tarian rakyat yang merupakan bagian dari kesenian daerah Kabupaten Probolinggo. Tidak ada bedanya dengan tari Remo khas daerah Jawa Timur yang merupakan bagian dari kesenian ludruk. Nama "Glipang" diambil dari "Gholiban" dari Bahasa Arab yang artinya kebiasaan. Tari Glipang berasal dari kebiasaan masyarakat. Kebiasaan yang sudah turun temurun tersebut akhirnya menjadi tradisi.
Sejarah Tari Glipang
Dahulu, Tari Glipang (Gholiban) tersebut dibawakan oleh seorang pria yang bernama Seno atau lebih dikenal Sari Truno dari Desa Omben, Kabupaten Sampang, Madura. Sari Truno membawa tarian tersebut untuk menerapkannya di Desa Pendil, Kecamatan Banyuanyar, Kabupaten Probolinggo. Namun masyarakat Desa Pendil sangat agamis. Masyarakat menolak adanya tarian tersebut, karena didalamnya terdapat alat musik gamelan. Sehingga Sari Truno merubahnya menjadi "Raudlah" yang artinya olahraga. Sari Truno kemudian mewariskan kebiasaan tersebut kepada putrinya bernama Asia atau yang biasa disebut Bu Karto.
Gerakan Tari Glipang
Tari Gholiban atau Tari Glipang tersebut mempunyai 3 gerakan. Dimana tiap-tiap gerakan tersebut mempunyai makna dan cerita pada saat diciptakan.

Berikut 3 gerakan-gerakan Tari Glipang:
  1. Tari Olah Keprajuritan atau yang biasa disebut dengan Tari Kiprah Glipang. Tari Kiprah Glipang ini menggambarkan ketidakpuasan Sari Truno kepada para penjajah Belanda. Dari rasa ketidakpuasan tersebut akhirnya menimbulkan nafas besar. Tari Kiprah Glipang ini sudah terkenal secara Internasional dan sudah mendapatkan beberapa piagam penghargaan. Tari Kiprah Glipang pernah menjadi 10 besar tingkat nasional tahun 1995. Selain itu juga pernah datang ke Istana Presiden di Jakarta sebanyak 5 kali, diantaranya waktu peringatan HUT Kemerdekaan RI yang ke-39, menyambut kedatangan Presiden Kamboja dan Presiden Pakistan.  Tari Kiprah Glipang yang telah diciptakan oleh Sari Truno benar-benar serasi dan sejiwa dengan penciptanya. Jiwa Sari Truno yang sering bergolak melawan prajurit-prajurit Belanda pada waktu itu diekspresikan melalui tarian ini.
  2. Tari Papakan yang mempunyai makna bertemunya seseorang yang telah lama berpisah. Tarian itu menggambarkan bertemunya Anjasmara dengan Damarwulan. Dimana waktu itu Damarwulan diutus untuk membunuh Minakjinggo. Akhirnya Damarwulan berhasil dengan dibantu oleh 2 istri Minakjinggo. Tapi sebelum bertemu Anjasmara, Damarwulan dihadang oleh Layang Seto dan Layang Kumintir di daerah Besuki, Kabupaten Situbondo.
  3. Tari Baris yang menggambarkan para prajurit Majapahit yang berbaris ingin tahu daerah Jawa Timur. Pada waktu itu prajurit Majapahit tersebut berbaris di daerah Jabung, Kabupaten Probolinggo untuk mengetahui daerah Jawa Timur. Awalnya tarian ini berawal dari badut, lawak, dan kemudian berubah menjadi cerita rakyat.
Musik Pengiring
Tari Glipang juga diiringi dengan musik dan vokal, dimana antar pemain alat musik tersebut harus saling mengisi dalam memainkannya agar tercipta musik yang dinamis dan menghasilkan variasi suara.
Berikut alat-alat musik yang di gunakan:
  • Dua ketipung besar, yakni lake'an (laki-laki) dan bhine'an (perempuan) yang ditabuh dengan tingkah meningkah (saling mengisi). Ketipung lake'an berfungsi sebagai pemimpin dan memberikan tekanan-tekanan gerak.
  • Satu jedhor, berfungsi untuk memberikan tekanan-tekanan tertentu untuk samelehnya (konstannya) irama.
  • Tiga sampai lima terbang atau kecrek, berfungsi mengisi lagu dengan cara memberikan suara diantara deguban.
Lagu yang dibawakan:
  • Lagu Ayawaro, sebagai lagu pembukaan menjelang penyajian Tari Kiprah Glipang.
  • Pantun berlagu bebas, dibawakan secara bergantian pada penyajian Tari Papakan.